Jumat, 10 Desember 2010

Cinta atau Obsesi?

Kata cinta boleh jadi sudah akrab di telinga kita. Namun agaknya, banyak orang merasa ‘rabun’ akan makna di balik kata sakti tersebut. Benarkah itucinta yang sesungguhnya atau hanya sebuah obsesi, nafsu, dan birahi belaka? Maklumlah, antara nafsu dan cinta konon beda-beda tipis.
Glenn Van Ekeren dalam bukunya bertajuk 12 Simple Secrets of Happiness
menyebut cinta itu lebih dari sekadar pelukan, ciuman, dan rasa suka. Pun
cinta itu, menurut Van Ekeren, bukanlah sekadar perasaan emosional yang
justru kerap disebut-sebut sebagai cinta.

Itu makanya banyak pasangan rumahtangga yang bercerai lantaran kecewa
dengan  cinta. Tidak sedikit pula mereka yang patah hati hanya gara-gara status
cinta yang didapatnya ternyata bukanlah cinta sejati.

Jujur saja, kadangkala kita tidak menyadari kalau yang tengah kita rasakan itu sebetulnya bukan cinta, tapi hanyalah refleksi dari perasaan  tergila-gila atau terobsesi. Ambil contoh seorang pria yang melulu kepikiran dan ingin selalu dekat dengan seorang wanita.
Pokoknya, sosok wanita yang baru beberapa minggu dikenalnya di sebuah kafe itu benar-benar telah merasuki alam fantasinya. Sampai-sampai si pria itu merasa serba salah. Mau makan kok nggak selera. Tidur pun tak nyenyak rasanya.
Apesnya lagi, si wanita yang diidam-idamkan itu ternyata nggak ada feeling sedikit pun dan menganggapnya sebagai teman biasa. Nah lho! Akibatnya si  pria merasa kecewa. Dalam meratapi kemalangannya itu, si pria akhirnya mencari pelarian dengan mengakrabi kebiasaan hidup yang negatif.
Memang cerita di atas bak kisah sebuah film saja. Namun jangan salah, di jagad ini ternyata tak terhitung jumlah mereka yang mengalami kisah seperti itu. Cinta yang kandaskah atau julukan apa yang laik disematkan di pundak sang pria tadi? Kata para pakar relationship sih apa yang dirasakan oleh pria tersebut ternyata lebih pantas disebut tergila-gila atau terobsesi ketimbang berjuluk cinta. Kenapa?
Kembali meminjam pemikiran Van Ekeren, bahwa cinta kepada seseorang itu umumnya akan melahirkan sifat positif dalam segala hal. Cinta itu merupakan bagian dari energi yang kita rasakan. Di mana cinta bisa membuat seseorang menjadi lebih bijak, tidak egois, sehingga mampu memberikan kegembiraan dan keberhasilan bagi pasangan satu sama lain.
Nggak heran kan kalau orang yang sedang kasmaran itu biasanya wajahnya lebih
sumringah. Karena itu merupakan pancaran kebahagiaan yang tengah dirasakannya.

Namun harus disadari kalau hubungan cinta itu terkadang tidak abadi. Yah, sebagus apa pun sebuah buku pasti ada akhirnya, bukan? Tak terkecuali dengan cinta. Kendati banyak faktor yang melandasi alasan berakhirnya cinta seseorang, seperti kematian misalnya.
Oleh sebab itu, jika Anda benar-benar mencintai dan dicintai, jangan pernah menyia-nyiakan momen tersebut. Sangat baik jika Anda dan pasangan bisa saling mempelajari dan memahami berapa besar sih kapasitas cinta Anda berdua, di luar nafsu dan obsesi. Pun Anda bisa saling mengerti serta membangun rasa toleransi dan sensitivitas satu sama lain.
Lebih jauh, cinta itu ternyata merupakan bagian dari perjalanan seseorang dalam melakoni pencarian diri.


http://www.untukku.com/artikel-untukku/cinta-obsesi-dan-nafsu-di-mana-sih-bedanya-untukku.html